(Ditulis Juli 2017) Click here to read in English

Coba membayangkan kalau Yesus lagi ada di jalanan yang kita lewati, tetapi dia lagi dalam keadaan susah – bajunya penuh dengan lubang-lubang, celananya sobek dan kotor, dan dia lagi nyeker. Kita mau kasih apa ke Yesus? Apakah kita akan masuk rumah dan cari baju yang tidak berharga, baju yang sudah lama sekali di lemari dan sebenarnya kita tidak suka? Apakah kita akan cari sandal jelek atau sepatu yang sudah rusak dan suruh Yesus pakai? Apakah kita akan kasih yang terburuk buat Juruselamat dunia?

Yesus tidak mau pakaian dalam bekas kita.

Tetapi kenyataanya adalah bahwa kita seringkali melakukan hal-hal yang disebutkan diatas. Kalau kita baca di Matius 25.31-46 kita lihat kata-kata Yesus tentang penghakiman terakhir. Dan di ayat-ayat ini Yesus jelaskan kepada pengikutnya bahwa, “segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Matius 25.40). Orang lapar, orang haus, orang asing, orang telanjang, orang sakit, dan orang di penjara. Kalau kita mengasihi Yesus, kita harus mengasihi orang yang paling hina ini.

Saya sudah tinggal di Indonesia enam setengah tahun. Dan saya ke sini memang untuk coba nurut dengan panggilan Yesus ini. Saya dengan sengaja menempatkan diri saya di daerah kumuh, karena justru di tempat seperti ini saya bisa punya banyak kesempatan untuk ketemu dan mengasihi Yesus. Di lingkungan kami sebagaian besar dari tetangga kami adalah pemulung. Mereka tahu apa artinya jadi orang lapar kalau duitnya habis dan hanya ada nasi dan sambal untuk makan. Mereka tahu apa artinya jadi orang haus kalau panas-panasan di atas pembuangan sampah, cari sesuatu yang masih bisa bernilai. Mereka tahu apa artinya jadi orang asing, karena mereka memang pendatang dari Karawang. Mereka tidak beridentitas disini dan disebut warga gelap. Teman-teman kami disini tidak bisa mengakses hak mereka untuk dapat asuransi kesehatan dari pemerintah. Surat surat resmi memang mustahil buat mereka dapat karena daerah kumuh kami tidak mempunyai RT dan tidak diakui RW atau kelurahan. Dan tentu saja tetangga kami juga banyak yang sakit. Sakit penyakit menular dengan cepat di lingkungan kami. Penyakit-penyakit yang saya pernah lihat di sini adalah TBC, asma, darah tinggi, cacar, kusta, campak, tetanus, rubella, skabies, hepatitis,dengue, dan sakit mental. Dan juga banyak teman kami juga cacat- lumpuh, buta di satu mata, tuli, dll.

Tetapi justru di tempat ini saya ketemu Yesus setiap hari. Dan saya belajar banyak sekali dari Yesus yang terhina ini.

Yesus tidak mau pakaian dalam bekas kita.

Belum lama ini, ada gereja besar mau membuat projek untuk “bulan misi.” Mereka tanya kepada kami apakah boleh kumpulkan barang-barang buat tempat Les kami (House of Hope). Kami setuju dan menjelaskan bahwa kami minta buku cerita buat perpustakaan kami dan juga baju bayi untuk pertemuan ibu-ibu hamil. Kami menunggu hampir tiga bulan untuk mereka antarkan sumbangan mereka ke tempat kami. Tetapi pagi itu waktu mobilnya datang dan barang mulai diturunkan dari mobil, hati saya jadi sangat sedih. Memang mereka bawa kardus banyak. Kelihatannya hebat dan kelihatannya seperti “projek misi” yang berhasil menggerakkan hati orang terhadap orang yang kurang mampu. Tetapi waktu kami mulai buka kardus-kardus kami langsung sadar bahwa kenyataanya bukan begitu.

Dari sekitar 15 kardus, hanya satu kardus kecil terisi oleh baju bayi bekas. Dan buku cerita untuk perpustakaan kami hanya ada mungkin 10 biji, juga buku bekas.

Barang-barang yang lain: baju bekas, buku tulis bekas sama majalah-majalah, boneka-boneka bekas, dll. Termasuk pakaian dalam bekas.

Kalau kita kasih sesuatu yang kita tidak suka, sesuatu rusak, lama, dan jelek apa artinya? Kalau ada bulan misi tetapi kita hanya mau kasih barang yang tak bernilai dan tak berarti apakah itu tanda bahwa ada masalah besar di hati kita?

Apakah sebenarnya kita buta dan tidak sadar bahwa kalau kita mengasihi orang yang paling hina (orang miskin) sesungguhnya kita sedang mengasihi Yesus?

Apakah kita mau ikut Dia (Yesus)?

Saya merasa bahwa saya memang hanya orang kecil. Saya bukan orang hebat. Kita semua orang berdosa termasuk saya. Maka justru saya tahu selama Yesus masih memperbolehkan saya hidup, saya harus tetap belajar setiap hari apa artinya mengikuti Dia. Tetapi saat ini saya memohon dari hati saya yang paling dalam– please—please— Gereja buka matamu untuk lihat Yesus yang ada di luar pintu gereja. Yesus yang ada di pinggir jalan. Yesus yang mulung rongsokan. Yesus yang sedang sakit, membutuhkan baju, dan membutuhkan rumah. Kalau hari minggu, apakah Yesus ada di depan gereja memakai jas dan dasi? Maafkan saya, tetapi saya harus bilang dia tidak ada di situ. Yesus ada di daerah kumuh, di tengah-tengah masyarakat yang kurang mampu dan menderita. Jangan mempermalukan gereja lagi dengan memberi sesuatu yang tidak bernilai. Yesus minta kita untuk memberi yang terbaik buat Dia. Yang terbaik artinya seluruh hidup kita— Yesus minta kita mengorbankan semua mimpi kita, semua harta milik kita, dan semua waktu kita untuk mengikuti Dia. Untuk mengasihi Dia.

Apakah kita mau ikut Dia? Apakah kita siap mederita bersama Dia?

Jangan sampai nanti di hari penghakiman Yesus lihat kita dan berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku” (Matius 25.45).

O Tuhan, kasihanilah Gereja-Mu. Ampunilah dosa-dosa kami. Bukalah mata kami agar kami bisa melihat Engkau. Dan berikan hatiMu kepada kami supaya kami bisa mengasihi Engkau setiap hari.

Amin.