A drawing with stick figures, some inside a house, some outside. This is the picture Ella drew as she prayed.

(To read this article in English and other languages, click here)

Sudah sembilan bulan saya berada di sini, banyak hal yang saya syukuri bahwa sampai saat ini Tuhan memelihara saya dan menolong saya dalam pelayanan yang luar biasa ini. Saya sangat bersyukur, bahwa banyak hal yang Tuhan sudah lakukan dalam hidup saya melalui orang-orang di sekitar saya. Saya juga sangat bersyukur ketika bersama mereka, saya mendengar, melihat dan merasakan apa yang mereka butuhkan.

Pada suatu kali di hari minggu saya ibadah online dan kebetulan yang membawa Firman Tuhan adalah seorang misionaris bernama Ev. Jim Yost. Dia mengatakan dalam khotbahnya, “Jangan pernah datang ke tempat pelayanan sebagai pahlawan, tetapi coba datang dengan tidak membawa apa-apa dan mulai lihat apa yang mereka butuhkan.” Seketika itu saya sangat tersentuh dengan kata-kata yang beliau sampaikan. Apa yang membuat saya tersentuh? Tentu kata-kata yang beliau katakana: Jangan datang sebagai pahlawan.  

Awal saya datang di tempat pelayanan ini, hanya satu yang saya minta dari Tuhan: Tuhan menunjukkan kepada saya pelayanan yang Tuhan mau saya kerjakan. Ketika saya berdoa kepada Tuhan, Tuhan sangat jelas memberikan gambaran kepada saya: Tuhan Yesus berdiri dan memegang tangan saya seperti seorang bapa dengan anaknya sedang bergandengan tangan. Sangat jelas Tuhan Yesus berdiri sambil tersenyum dan memegang tangan saya. Tuhan Yesus berdiri di ujung jalan, dan dia melihat jalanan itu dan dia memegang saya. 

Dan seketika itu saya menemukan apa yang Tuhan mau saya lakukan: ternyata Tuhan mengasihi daerah jalanan di mana Ia berdiri. Didaerah itu penuh dengan latar belakang orang-orang yang berbeda, anak muda yang memakai narkoba, menjual diri, mabuk-mabukan, sering berantem, putus sekolah, mengalami broken-home.

Saya tidak tahu bagaimana saya bisa menjangkau mereka, namun, saya bersyukur Tuhan berikan jalan kepada saya. Ada dua anak remaja yang mengajar di Rumah Kasih dan mereka berasal dari daerah itu. Melalui mereka saya bisa masuk; dua anak remaja ini menolong saya untuk menemukan anak-anak remaja lain dari daerah tersebut. Singkat cerita, akhirnya ada perkumpulan remaja dan mulai belajar dua belas nilai perdamaian setiap hari Selasa. Saya tidak tahu mengapa ketika bersama dengan mereka saya sangat sukacita mendengar kisah-kisah mereka. Mereka anak yang baik dan saya senang sekali ketika berkumpul bersama dengan mereka. Dan sampai pada akhirnya saya berfikir saya tidak mau mengakhiri kegiatan ini, saya membuat kegiatan supaya terus bisa berkumpul bersama dengan mereka.

Tetapi ada satu titik saya menyerah dengan Tuhan. Saya tidak mampu melakukan pelayanan yang Tuhan mau saya kerjakan, dan saya menyerah dan menangis. Saya katakan kepada Tuhan, “Tuhan, saya gagal. Saya tidak mampu melakukan pelayanan ini, saya tidak dapat apa-apa. Saya menyerah anak-anak ini sangat sulit untuk saya jangkau, saya menyerah dan gagal Tuhan. Saya seperti tidak mau melanjutkan perkumpulan ini. Di saat saya berdoa dan menangis, tiba-tiba saya melihat gambaran yang sangat jelas, dan kali ini Tuhan berbicara kepada saya, Ia bilang: “Biarkan anak-anak ini datang kepadaKu, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang itulah yang empunya kerajaan Allah.” 

Setelah Tuhan mengatakan ini tiba-tiba gambar Tuhan berdiri dan memegang tangan saya muncul lagi. Kali ini ada rumah. Rumah ini seperti rumah penjara dan anak-anak ini ada di dalamnya; mereka seperti di penjara oleh ekonomi, kekerasan, kecewa, trauma dan patah hati. Setelah itu, Tuhan membuka rumah itu dan membawa anak-anak ini keluar, dan Tuhan memindahkan mereka ke rumah yang di dalamnya ada Kasih, Sukacita, dan Damai. Tuhan memulihkan mereka. Seketika itu saya ambil pensil dan kertas saya dan mulai menggambar. Tuhan katakan dalam doa saya, “Anak-anak remaja ini adalah murid-murid-Ku dan di dalam hatiKu ada nama anak-anak ini.” Hal yang mengejutkan buat saya ketika saya mendengar kata-kata itu, saya mulai menghitung jumlah anak-anak remaja ini dan hampir ada dua belas. Namun ada tiga anak remaja yang saya tidak tahu siapa, tapi jelas Tuhan katakan ada Murid-murid Tuhan di daerah ini.

Setelah saya selesai berdoa, saya menyadari bahwa Tuhan sedang mempersiapkan anak-anak ini. Saya tidak tahu ke depannya bagaimana, tapi saya meyakini melalui mereka, mereka sendiri yang akan menjangkau dan menolong orang-orang di sekitar mereka. Satu hal yang saya mau bagikan, di saat saya menyerah dan merasa gagal, Tuhan ternyata menolong dan benar-benar ada bersama saya. Dan Tuhan ada bersama dengan mereka. Saya selalu bilang sama Tuhan bahwa saya ingin ketemu Ia. Dan Tuhan ternyata setiap hari ada, Ia sedang berdiri di ujung jalan sambil tersenyum.

 Tolong doakan kami. Saya akan mulai belajar kisah dari kitab suci dengan anak-anak ini. Berdoa supaya Tuhan berikan saya keberanian dan mereka mau mendengar kisah dari kitab suci.

*nama berubah